Keakraban saya dengan Robbie
bermula ketika dia main ke tempat kost saya. Saya selalu terbuka kepada
teman-teman di jurusan terutama angkatan saya sendiri untuk sekedar main dan
melepas lelah sejenak di kost saya. Apalagi kost tersebut suasananya tenang dan
teduh sehingga membuat teman-teman saya kerap singgah. Ketika teman-teman
berkumpul yang dilakukan adalah makan siang, main kartu, mendengarkan radio
atau tidur. Ukuran ruangan kost saya kira-kira 2 x 3 m, cukup lumayan bagi saya
sendiri.
Singkat kata Robbie pun kerap
bertandang ke kost saya. Saya pun sama sekali tidak menaruh pikiran yang
aneh-aneh mengenai kedatangannya. Sebelumnya Robbie kerap kali bermain dengan
beberapa teman satu angkatan lain. Dan pada tahun pertama kuliah saya dan
Robbie tidak akrab hanya sekedar kenal saja. Sehari dua hari dia menginap dan
akhirnya terbiasa menginap di kost saya. Tentu saja saya senang dengan
keberadaan dia karena membuat suasana lebih hangat dengan obrolan tiap malam.
Dengan akrabnya pertemanan dengan
Robbie, saya mulai akrab dengan teman-teman angkatan lainnya yang kost di dekat
kampus. Kami sering bermain ke kost teman lainnya. Kebetulan saja ada beberapa
teman kost di satu tempat bersamaan, yaitu Roy, Abu, Ratno dan Revi.
Robbie itu sosok yang unik bagi
saya karena karakter dia yang beda di banding teman lainnya. Sejujurnya dia
lebih punya style yang bagus dalam penampilan dibandingkan teman-teman lainnya
termasuk saya. Wajahnya juga keren tapi tetap “jomlo” sama seperti saya.
Masalah jomlo ini saya yakin dia
punya style wanita yang bagus diatas rata-rata sehingga sulit sekali
menemukannya. Roy bahkan pernah berkata “kalau Robbie bilang ada cewe cantik
pasti cewe itu benar-benar sangat cantik”. Jika Robbie ini punya prinsip yang
penting pacaran, saya sangat yakin ada banyak wanita yang antri untuk
dipacarinya. Yah mungkin itu terdengar berlebihan tapi bagi saya hal itu
mungkin saja terjadi. Karena saya kerap kali melihat wanita yang memperlihatkan
rasa sukanya pada si Robbie ini namun Robbie tidak suka.Saya yakin dia sedang
mencari wanita, pacar, jodoh atau apapun sebutannya itu namun dia belum mendapatkannya.
Uniknya lagi dia selama kuliah
dengan kurang lebih 5 tahun hanya satu tahun kost normal, sisanya bergerilya
dari satu kost teman ke kost teman lainnya. Terkadang dia numpang tidur di saya
kemudian di Roy kemudian di Ratno, Ade, Bonae dan terus bergiliran selama 4
tahun. Setiap sabtu dan minggu dia pulang ke rumahnya di Garut. Hal itu sangat
sulit dilakukan oleh orang pada umumnya karena sulit meninggalkan privasi bagi
pribadi. Robbie sudah mengenyahkan hal itu jauh-jauh hari. Dengan perannya
seperti itu membuat teman sepermainan menjadi dekat. Sering saya main ke kost
teman yang tidak akrab lalu menjadi akrab karena Robbie kerap kali main ke sana
contohnya Ade. Terkadang saya jadi berpikir, Robbie lah factor X yang membuat
angkatan 2002 tidak individualis.
Robbie ini oleh kami dijuluki sang EO, karena dia ahli mengumpulkan teman-teman untuk bermain game. Dengan pembawaanya dia mampu membuat teman-teman main game.
Di luar hal itu semuanya sama. Saya
dan dia suka main game, IPK pas-pasan, suka cerita dan saling mengerti satu
sama lainnya. Seringnya saya yang marah atau kesal dan dia selalu tenang atau
menghibur. Jarang sekali saya melihat orang ini sangat marah bahkan ketika dia
merasa “dibokong” teman akrabnya.
Walaupun dengan pembawaan yang
baik, tidak mudah juga dia mendapatkan teman yang akrab sepermainan. Karena menurut
dia terkadang hubungannya dengan teman akrab selalu retak dengan beragam sebab.
Saya pun ketika hal itu diceritakan tidak bisa berkata apa apa.