December 19, 2011

Membuka awalan

Aku, Robbie dan Roy akhirnya memutuskan untuk bermain game AOE di Jitoe milik si bapak. Kami bermain tiga jam penuh mulai dari jam delapan malam hingga jam sebelas malam. Permainan malam itu penuh kebodohan menurutku, karena kami bertiga tidak mengetahui dengan pasti bagaimana caranya bermain. Ada banyak pilihan permainan yang ditawarkan tetapi kami hanya memainkan satu jenis saja. Karena ketidaktahuan kami sehingga permainan cenderung monoton pada akhirnya. Namun karena kami masih terkesima dengan game ini sehingga perasaan monoton bisa hilang berganti perasaan puas dan senang dengan game yang saat itu kami mainkan. Di kemudian hari kami cukup menguasai game ini karena seringnya kami memainkannya. Bahkan kami mentertawai kebodohan yang kami lakukan ketika memainkannya pada malam ini. 

Tak hentinya kami bertiga menceritakan jalannya permainan sepanjang jalan pulang. Malam sudah larut tetapi terasa hangat bagi kami karena antusiasme terhadap game AOE. Besok atau lusa kami akan memainkannya kembali. Di depan jalan Ciseke akhirnya aku berpamitan berbelok pulang sedangkan kedua temanku meneruskan jalannya menyusuri jalan raya Jatinangor untuk ke kost-annya. Kebetulan kost-annya di pinggir jalan raya tak jauh dari jalan utama Ciseke. Sedangkan aku menyusuri jalan Ciseke yang mulai sepi, terkadang sesekali bertemu dengan satu atau dua mahasiswa. Daerah Ciseke ini dominan dihuni oleh mahasiswa karena banyaknya kost-kostan yang ada di wilayah ini. Namun bukan berarti penduduk asli tidak ada, hanya jumlah mereka tidak sebanyak mahasiswa. Cukup lama aku menyusuri jalanan Ciseke ini dengan perlahan mencoba untuk menikmati malam yang sunyi dan jalanan yang lengang. Suara orang tertawa dan obrolan memcah kebisuan malam ketika aku melewati Warkop Gemboel. Itulah satu-satunya tempat yang tetap ramai meskipun malam telah larut. 

Akhirnya aku tiba di kost-anku. Aku sedikit khawatir pintu gerbang kost-anku sudah dikunci. Untunglah ketika aku tiba jam sebelas lebih tiga puluh, gerbang belum dikunci. Secepatnya aku masuk kamar dan rebahan. Agak lama aku menerawang jauh ke medan pertempuran dimana aku tadi memainkannya. Mengharapkan kemenangan demi kemenangan tiada henti namun yang ada hanya kebingungan demi kebingungan yang terjadi. Itulah kenapa ketika mencoba tidur pun mataku sulit dipejamkan. Setelah satu jam berlalu akhirnya akupun terlelap tidur. 

Kebiasaan pada saat itu ketika dunia game tidak menghantuiku dan waktuku tidak terbalik antara siang dan malam. Aku selalu bangun jam lima pagi kemudian sholat subuh setelah itu mendengarkan radio sampai jam tujuh pagi. Hari ini aku malas untuk sarapan jadinya hanya minum air teh manis hangat. Setelah itu mandi dan bersiap untuk berangkat kuliah. Rambut ikal setengah punggung aku gosok-gosok dengan handuk supaya air tidak menetes lagi. Aku biarkan rambutku tergerai bebas ketika berpakaian. Ada sedikit tetesan air yang masih berjatuhan ke baju ketika aku mulai berkemas. ”Bismillah” ucapku ketika melangkahkan kaki keluar kost menuju kampus. Rasanya segar pagi itu, aku berjalan cukup cepat agar tidak terlambat. Setelah berbelok-belok melewati jalan tikus di daerah Ciseke sampailah aku di gerbang kampusku Unpad. Dari gerbang sampai fakultas komunikasi tempat aku kuliah cukup jauh Kira-kira 500 meter. Maka aku naik angkot yang berada di area dalam kampus. Cukup membayar rp 400 sudah bisa sampai ke tujuan. 

Suasana kampus masih lengang, maklum masih pagi. Segera aku ke lantai dua gedung dua fakultas komunikasi (fikom). Di ruangan tempat materi akan disampaikan sudah berkumpul hampir semua temanku. Karena aku berteman akrab dengan Purnama dan Arga, kedua orang itulah yang pertama kali aku hampiri. ”oi Pur, ada tugas ga?” kataku memulai pembicaraan. ”ga ada Cep, palingan juga tugas doi. Udah Belum?” kata Purnama “Wah belum Pur Euy. Ntar aja dah dikerjainnya pas pulang kuliah.” Jawabku “Wah urang ge acan euy, bantuan Pur.” Kata Arga tiba-tiba “Nya geus lah engke lamun teu hoream urang kerjakeun.” Kata Purnama membalasnya Percakapan itupun segera diakhiri karena dosen masuk dan materi pun dimulai. 

Aku agak lupa pada saat itu materi apa yang diajarkan sang dosen. Hanya beberapa kata yang aku ingat seperti informasi, jaringan, user dan semua hal yang berhubungan denga kepuasan pengguna. Yah mungkin aku hanya menebak materinya tetapi setiap materi yang diajarkan di dunia perpustakaan adalah hal-hal semacam itu sehingga aku cukup ingat tentang kata kunci hampir di setiap materi. Satu setengah jam materi itu dibawakan sang dosen. Cukup lumayan membuat otakku penuh dengan ilmu dan membuat perutku kosong. Tetapi cukup untuk bertahan satu atau dua jam lagi menuju makan siang. 

Setelah dosen keluar ruangan, suara obrolan pun langsung ramai terjadi. ”wuih tadi malem keren banget” Robbie memulai pembicaraan diantara sekumpulan teman kami. Ada Ade, Roy, Mamat, bonay, Jaua dan Ratno. Mereka berkumpul di satu sudut yang bersebrangan dari tempat aku, Purnama dan Arga duduk. Suara Robbie cukup terdengar oleh ku sehingga aku pun tertarik mendengarnya. ”Cep ke sini, kita ngobrol yang semalem.” Kata Robbie dari arah kerumunan. Segera aku menghampiri mereka. ”Nih de si Cecep jago maen AOE nya.” Kata Robbie “Wah bener de.” Roy menimpali opongan Robbie “Ah ngga ko, Cuma biasa aja.” Kataku ”Wah bisa nih kita maen AOE, gua tau tuh gamenya. Di kost sering maen sendiri. Mau ga kita maen?” kata Ade Serentak semuanya menjawab ”oke” ”Wah gua sering maen tuh game, boleh kita coba.” Kata Jaua menimpali. 

Kemudian obrolan pun berkisah tentang permainan semalam. Betapa lihainya Robbie bercerita sehingga membuat para pendengarnya bersemangat untuk bermain game AOE. Namun semua pembicaraan itu tidak langsung terwujud, karena kami sepakat bahwa main game harus dilakukan ketika libur tiba atau weekend. Alasannya sih sederhana, supaya kuliah tidak terganggu dengan keasyikan main game. Materi kedua kuliah pun di mulai di ruangan yang sama selama satu setengah jam dengan materi yang berbeda. Pada saat itu aku benar-benar mengantuk

0 comments:

Post a Comment

 
;