October 30, 2012 0 comments

Sang EO


Keakraban saya dengan Robbie bermula ketika dia main ke tempat kost saya. Saya selalu terbuka kepada teman-teman di jurusan terutama angkatan saya sendiri untuk sekedar main dan melepas lelah sejenak di kost saya. Apalagi kost tersebut suasananya tenang dan teduh sehingga membuat teman-teman saya kerap singgah. Ketika teman-teman berkumpul yang dilakukan adalah makan siang, main kartu, mendengarkan radio atau tidur. Ukuran ruangan kost saya kira-kira 2 x 3 m, cukup lumayan bagi saya sendiri.

Singkat kata Robbie pun kerap bertandang ke kost saya. Saya pun sama sekali tidak menaruh pikiran yang aneh-aneh mengenai kedatangannya. Sebelumnya Robbie kerap kali bermain dengan beberapa teman satu angkatan lain. Dan pada tahun pertama kuliah saya dan Robbie tidak akrab hanya sekedar kenal saja. Sehari dua hari dia menginap dan akhirnya terbiasa menginap di kost saya. Tentu saja saya senang dengan keberadaan dia karena membuat suasana lebih hangat dengan obrolan tiap malam.

Dengan akrabnya pertemanan dengan Robbie, saya mulai akrab dengan teman-teman angkatan lainnya yang kost di dekat kampus. Kami sering bermain ke kost teman lainnya. Kebetulan saja ada beberapa teman kost di satu tempat bersamaan, yaitu Roy, Abu, Ratno dan Revi.

Robbie itu sosok yang unik bagi saya karena karakter dia yang beda di banding teman lainnya. Sejujurnya dia lebih punya style yang bagus dalam penampilan dibandingkan teman-teman lainnya termasuk saya. Wajahnya juga keren tapi tetap “jomlo” sama seperti saya.

Masalah jomlo ini saya yakin dia punya style wanita yang bagus diatas rata-rata sehingga sulit sekali menemukannya. Roy bahkan pernah berkata “kalau Robbie bilang ada cewe cantik pasti cewe itu benar-benar sangat cantik”. Jika Robbie ini punya prinsip yang penting pacaran, saya sangat yakin ada banyak wanita yang antri untuk dipacarinya. Yah mungkin itu terdengar berlebihan tapi bagi saya hal itu mungkin saja terjadi. Karena saya kerap kali melihat wanita yang memperlihatkan rasa sukanya pada si Robbie ini namun Robbie tidak suka.Saya yakin dia sedang mencari wanita, pacar, jodoh atau apapun sebutannya itu namun dia belum mendapatkannya.

Uniknya lagi dia selama kuliah dengan kurang lebih 5 tahun hanya satu tahun kost normal, sisanya bergerilya dari satu kost teman ke kost teman lainnya. Terkadang dia numpang tidur di saya kemudian di Roy kemudian di Ratno, Ade, Bonae dan terus bergiliran selama 4 tahun. Setiap sabtu dan minggu dia pulang ke rumahnya di Garut. Hal itu sangat sulit dilakukan oleh orang pada umumnya karena sulit meninggalkan privasi bagi pribadi. Robbie sudah mengenyahkan hal itu jauh-jauh hari. Dengan perannya seperti itu membuat teman sepermainan menjadi dekat. Sering saya main ke kost teman yang tidak akrab lalu menjadi akrab karena Robbie kerap kali main ke sana contohnya Ade. Terkadang saya jadi berpikir, Robbie lah factor X yang membuat angkatan 2002 tidak individualis.

Robbie ini oleh kami dijuluki sang EO, karena dia ahli mengumpulkan teman-teman untuk bermain game. Dengan pembawaanya dia mampu membuat teman-teman main game. 

Di luar hal itu semuanya sama. Saya dan dia suka main game, IPK pas-pasan, suka cerita dan saling mengerti satu sama lainnya. Seringnya saya yang marah atau kesal dan dia selalu tenang atau menghibur. Jarang sekali saya melihat orang ini sangat marah bahkan ketika dia merasa “dibokong” teman akrabnya.

Walaupun dengan pembawaan yang baik, tidak mudah juga dia mendapatkan teman yang akrab sepermainan. Karena menurut dia terkadang hubungannya dengan teman akrab selalu retak dengan beragam sebab. Saya pun ketika hal itu diceritakan tidak bisa berkata apa apa. 
December 19, 2011 0 comments

Keengganan

Ketika pertama kali gua bermain dengan teman seangkatan. Jujur aja gua masih rada kaku bergaul dengan mereka. Karena gua hanya sekedar kenal nama mereka saja dan tidak akrab sama sekali. Ada sedikit canggung ketika berbicara dan bercanda seperti layaknya bertemu orang baru. Hanya Robbie dan Roy yang sedikit gua kenal akrab dan bisa santai ngobrolnya.

Namun ketika bermain game perlahan namun pasti suasana kaku yang gua alami menjadi cair dan keakraban mulai hadir. Hal ini sangat membuat gua nyaman mengingat gua ga punya cukup banyak teman akrab di Jatinangor selain Rohan. Hari-hari gua perlahan berubah dengan banyak aktivitas. Tentunya aktivitas bermain game yang sudah menyedot banyak waktu gua. Pada saatnya nanti hampir seluruh waktu habis terbuang hanya untuk game. namun itulah masa-masa sangat menyenangkan dalam kehidupan kampus gua.

Meskipun hari-hari gua habis dengan game tetap aktivitas organisasi tidak gua tinggalkan. Pada saat itu gua aktif di SAR dan Merpati Putih. Di SAR gua masih anggota muda yang kerjaanya cuma pembantu umum di setiap kegiatan. Yah gua pikir ga apa-apa daripada ga sama sekali. Seharusnya pada saat itu gua wajib mengikuti mabim (masa bimbingan) untuk anggota muda tapi karena gua males gua ga pernah hadir. Ada perasaan sangat malas ketika pergi ke sekre SAR. Setiap kali ada acara setiap kali pula gua berusaha menghindar tapi terkadang gua sering hadir. tanpa gua sadari secara konsisten gua hadir hampir di seluruh kegiatan SAR. Gua ga tahu kenapa gua begitu malas pergi ke sekre SAR. Apa karena senior pada saat itu masih bercokol? atau ga mau ikut kegiatan dan lebih enak kumpul bareng temen di kosan? gua juga ga tahu pasti.

Di Merpati Putih secara konsisten gua sering latihan seminggu dua kali. Hampir tidak pernah bolos latihan ketika awal-awal masuk. Meskipun ketika latihan bersama di Bandung gua sering kena hukuman gara-gara telat bayar uang bulanan, gua ga peduli dan tetap latihan. Namun apda akhirnya ketika hampir satu tahun latihan, sedikit demi sedikit gua ga pernah hadir. Padahal itu persiapan naik tingkat. Game lah yang membuat gua secara tidak sadar menjauhkan gua dari dunia kancah persilatan. Gua mengakuinya dalam hati sambil terus bermain...yah segala sesuatu ada konsekuensinya bukan?
0 comments

Eng ing eng...

Saat yang dijanjikan telah tiba. Gua bersepakat sama Robbie dan Roy untuk mengundang anak-anak yang suka main game untuk berjibaku ke dalam dunia abad pertengahan. pertempuran perdana untuk kemenangan. Setelah obrolan ngalor-ngidul yang telah kami lakukan kini saatnya pembuktian. Kami bertiga langsung menjemput satu persatu teman-teman yang ingin main game AOE. Ternyata banyak juga teman yang tertarik. Penjemputan ini bukan dilakukan dengan fisik tapi cukup di sms saja dan secara perlahan teman-teman merapat. Tempat pertemuan utama di kosan Kurnia yaitu tempat Abu, Roy, dan Ratno bersemayam. 

Akhirnya berkumpulah delapan orang anak yang akan bermain. Gua, Robbie, Roy, mamat, Ratno, Bonae, Ade, dan Jaua. Setelah berkumpul langsung kita menuju Batara, sebuah tempat rental game yang cukup banyak jumlah komputernya. Saat itu kami bermain selepas isya yah kira-kira jam setengah delapan malam. Kenapa kita main di Batara? karena sebagian besar teman sudah familiar dengan tempat itu karena tahun pertama kuliah, mereka sering main CS di sana. Kebetulan batara tidak terlalu penuh saat itu, sehingga kami bisa langsung bermain tanpa menunggu terlebih dahulu. 

Ternyata tidak satupun di antara kami yang sangat menguasai AOE sehingga pada awal main bingung ketika menentukan settingan. kami hanya tahu main saja jadi bingung bagaimana caranya mengatur tim supaya acak, kemudian jenis permainan yang diinginkan termasuk map nya. Semuanya asal-asalan namun tidak membuat kami pusing. Hanya main saja yang kami utamakan. Ketika permainan berlangsung selama beberapa waktu terlihat jelas sebagian besar teman gua masih terlihat kaku ketika bermain. Beberapa diantaranya bahkan baru pertama kali bermain AOE. Terlihat yang cukup sedikit terbiasa hanya gua dan Ade, sisanya masih meraba-raba. meskipun demikian bukan berarti gua selalu menang bermain karena gua juga masih meraba-raba. Kerap kali kami kebingungan bagaimana mengalahkan musuh dan cara menangani kekuatan musuh. Semuanya terlihat begitu baru dan mengasyikan bagi kami. 

AOE akhirnya selesai dimainkan. Dua jam sudah berlalu dan kami sudah cukup lelah dan bisa membatasi diri untuk tidak terus bermain. Sepanjang jalan pulang kami selalu bercerita tentang jalannya permainan. ketidak-tahuan kami tentang game tersebut membuat menarik untuk diperbincangkan sehingga teman-teman tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang game tersebut. Tidak banyak yang dilakukan malam itu, setelah selesai main game kumpul sebentar di kosan Kurnia kemudian satu persatu pulang ke kosan masing-masing.
0 comments

Membuka awalan

Aku, Robbie dan Roy akhirnya memutuskan untuk bermain game AOE di Jitoe milik si bapak. Kami bermain tiga jam penuh mulai dari jam delapan malam hingga jam sebelas malam. Permainan malam itu penuh kebodohan menurutku, karena kami bertiga tidak mengetahui dengan pasti bagaimana caranya bermain. Ada banyak pilihan permainan yang ditawarkan tetapi kami hanya memainkan satu jenis saja. Karena ketidaktahuan kami sehingga permainan cenderung monoton pada akhirnya. Namun karena kami masih terkesima dengan game ini sehingga perasaan monoton bisa hilang berganti perasaan puas dan senang dengan game yang saat itu kami mainkan. Di kemudian hari kami cukup menguasai game ini karena seringnya kami memainkannya. Bahkan kami mentertawai kebodohan yang kami lakukan ketika memainkannya pada malam ini. 

Tak hentinya kami bertiga menceritakan jalannya permainan sepanjang jalan pulang. Malam sudah larut tetapi terasa hangat bagi kami karena antusiasme terhadap game AOE. Besok atau lusa kami akan memainkannya kembali. Di depan jalan Ciseke akhirnya aku berpamitan berbelok pulang sedangkan kedua temanku meneruskan jalannya menyusuri jalan raya Jatinangor untuk ke kost-annya. Kebetulan kost-annya di pinggir jalan raya tak jauh dari jalan utama Ciseke. Sedangkan aku menyusuri jalan Ciseke yang mulai sepi, terkadang sesekali bertemu dengan satu atau dua mahasiswa. Daerah Ciseke ini dominan dihuni oleh mahasiswa karena banyaknya kost-kostan yang ada di wilayah ini. Namun bukan berarti penduduk asli tidak ada, hanya jumlah mereka tidak sebanyak mahasiswa. Cukup lama aku menyusuri jalanan Ciseke ini dengan perlahan mencoba untuk menikmati malam yang sunyi dan jalanan yang lengang. Suara orang tertawa dan obrolan memcah kebisuan malam ketika aku melewati Warkop Gemboel. Itulah satu-satunya tempat yang tetap ramai meskipun malam telah larut. 

Akhirnya aku tiba di kost-anku. Aku sedikit khawatir pintu gerbang kost-anku sudah dikunci. Untunglah ketika aku tiba jam sebelas lebih tiga puluh, gerbang belum dikunci. Secepatnya aku masuk kamar dan rebahan. Agak lama aku menerawang jauh ke medan pertempuran dimana aku tadi memainkannya. Mengharapkan kemenangan demi kemenangan tiada henti namun yang ada hanya kebingungan demi kebingungan yang terjadi. Itulah kenapa ketika mencoba tidur pun mataku sulit dipejamkan. Setelah satu jam berlalu akhirnya akupun terlelap tidur. 

Kebiasaan pada saat itu ketika dunia game tidak menghantuiku dan waktuku tidak terbalik antara siang dan malam. Aku selalu bangun jam lima pagi kemudian sholat subuh setelah itu mendengarkan radio sampai jam tujuh pagi. Hari ini aku malas untuk sarapan jadinya hanya minum air teh manis hangat. Setelah itu mandi dan bersiap untuk berangkat kuliah. Rambut ikal setengah punggung aku gosok-gosok dengan handuk supaya air tidak menetes lagi. Aku biarkan rambutku tergerai bebas ketika berpakaian. Ada sedikit tetesan air yang masih berjatuhan ke baju ketika aku mulai berkemas. ”Bismillah” ucapku ketika melangkahkan kaki keluar kost menuju kampus. Rasanya segar pagi itu, aku berjalan cukup cepat agar tidak terlambat. Setelah berbelok-belok melewati jalan tikus di daerah Ciseke sampailah aku di gerbang kampusku Unpad. Dari gerbang sampai fakultas komunikasi tempat aku kuliah cukup jauh Kira-kira 500 meter. Maka aku naik angkot yang berada di area dalam kampus. Cukup membayar rp 400 sudah bisa sampai ke tujuan. 

Suasana kampus masih lengang, maklum masih pagi. Segera aku ke lantai dua gedung dua fakultas komunikasi (fikom). Di ruangan tempat materi akan disampaikan sudah berkumpul hampir semua temanku. Karena aku berteman akrab dengan Purnama dan Arga, kedua orang itulah yang pertama kali aku hampiri. ”oi Pur, ada tugas ga?” kataku memulai pembicaraan. ”ga ada Cep, palingan juga tugas doi. Udah Belum?” kata Purnama “Wah belum Pur Euy. Ntar aja dah dikerjainnya pas pulang kuliah.” Jawabku “Wah urang ge acan euy, bantuan Pur.” Kata Arga tiba-tiba “Nya geus lah engke lamun teu hoream urang kerjakeun.” Kata Purnama membalasnya Percakapan itupun segera diakhiri karena dosen masuk dan materi pun dimulai. 

Aku agak lupa pada saat itu materi apa yang diajarkan sang dosen. Hanya beberapa kata yang aku ingat seperti informasi, jaringan, user dan semua hal yang berhubungan denga kepuasan pengguna. Yah mungkin aku hanya menebak materinya tetapi setiap materi yang diajarkan di dunia perpustakaan adalah hal-hal semacam itu sehingga aku cukup ingat tentang kata kunci hampir di setiap materi. Satu setengah jam materi itu dibawakan sang dosen. Cukup lumayan membuat otakku penuh dengan ilmu dan membuat perutku kosong. Tetapi cukup untuk bertahan satu atau dua jam lagi menuju makan siang. 

Setelah dosen keluar ruangan, suara obrolan pun langsung ramai terjadi. ”wuih tadi malem keren banget” Robbie memulai pembicaraan diantara sekumpulan teman kami. Ada Ade, Roy, Mamat, bonay, Jaua dan Ratno. Mereka berkumpul di satu sudut yang bersebrangan dari tempat aku, Purnama dan Arga duduk. Suara Robbie cukup terdengar oleh ku sehingga aku pun tertarik mendengarnya. ”Cep ke sini, kita ngobrol yang semalem.” Kata Robbie dari arah kerumunan. Segera aku menghampiri mereka. ”Nih de si Cecep jago maen AOE nya.” Kata Robbie “Wah bener de.” Roy menimpali opongan Robbie “Ah ngga ko, Cuma biasa aja.” Kataku ”Wah bisa nih kita maen AOE, gua tau tuh gamenya. Di kost sering maen sendiri. Mau ga kita maen?” kata Ade Serentak semuanya menjawab ”oke” ”Wah gua sering maen tuh game, boleh kita coba.” Kata Jaua menimpali. 

Kemudian obrolan pun berkisah tentang permainan semalam. Betapa lihainya Robbie bercerita sehingga membuat para pendengarnya bersemangat untuk bermain game AOE. Namun semua pembicaraan itu tidak langsung terwujud, karena kami sepakat bahwa main game harus dilakukan ketika libur tiba atau weekend. Alasannya sih sederhana, supaya kuliah tidak terganggu dengan keasyikan main game. Materi kedua kuliah pun di mulai di ruangan yang sama selama satu setengah jam dengan materi yang berbeda. Pada saat itu aku benar-benar mengantuk
October 13, 2011 0 comments

Kejadian awal yang terlupakan

Gua salah besar ketika menyebutkan awal pembicaraan gua, Robbie, dan Roy di sekitaran bulan oktober 2003. Kenyataannya adalah pembicaraan itu dilakukan sekitar bulan maret 2004. Gua sangat yakin kali ini karena seinget gua sepanjang akhir tahun 2003 atau tahun kedua awal gua kuliah (semester tiga) gua hidup sangat normal dan bersahaja. Jadi sepanjang Juli – Desember 2003 bahkan awal-awal tahun 2004 (sekitar januari dan februari) gua masih sendirian aja. Biasanya cuma Rohan aja temen akrab gua di kosan. 

Kalo lagi suntuk ya maen ke kosan rohan. Tapi kadang gua maen ke tempat si khair atau abu tapi itu jarang banget. Kegiatan iseng-iseng gua medio juli sampe desember 2003 adalah sering maen ke tempat David. Siapa David? David adalah temen kursus gua di cimahi. Kenapa gua bisa deket sama dia? Karena ketika pertama kali ketemu kita udah merasa nyaman satu sama lain. Sama-sama kere (menyedihkan ya), sama-sama jomlo akut, sama-sama nganggur dan sama-sama nelangsa. Intinya adalah sepemikiran dah dalam kehidupan sehari-hari sehingga tanpa sadar kita jadi sohib kental. 

Pada saat kami bertemu, kami berdua mempunyai tujuan yang sama yaitu melanjutkan kuliah di perguruan tinggi negeri. Pokoknya kami berdua tuh kerja cukup keras buat belajar dah. Karena itu harapan kami satu-satunya buat melanjutkan hidup. Maklum kami berdua sama-sama pengangguran yang gagal lolos kuliah di perguruan tinggi negri di tahun pertama kami lulus. Pada akhirnya Cuma gua aja yang lolos ke perguruan tinggi negri yaitu Unpad, sementara David gagal dan menganggur lagi. Tapi persahabtan kami berdua tetap jalan dan gua tetep maen ke rumahnya di jalan Carigin, Padalarang. Dia tinggal bersama dua orang kakaknya, yang tertua perempuan bernama Eva (biasa gua panggil teh Eva, padahal orang batak) terus yang kedua Bang Luhut. Nah biasanya gua maen ke rumahnya tiap sabtu, kadang gua nginep sampe minggu. Kita ngobrol banyak hal dari mulai kekonyolan di kampus gua sampe ngecengin orang di televisi atau orang yang kebetulan lewat. 

Kalo dipikir gua udah kaya pacaran aja ya, tapi kenyataannya emang kaya gitu. Gua ga punya temen akrab di kosan, jadi maenlah secara rutin ke tempat si david yang kebetulan juga jomlo ting-ting. Persamaan kami adalah suka game walaupun si David dengan kadar yang rendah. Bahkan dia juga yang pertama kali kenalin gua ke dunia game, khususnya game computer. Pada saat gua sering maen ke tempat David berkenalanlah gua sama game Red alert. Wah nih game keren banget, lucu lagi. Tentang strategi perang modern antara komunis dan demokrasi. As sebagai bos di demokrasi dan Soviet jadi bos di komunis dan beberapa negara juga ambil bagian. Kenapa lucu? Karena ada tank listrik (kl ga salah Tesla Tank dah) yang kalo nyerangnya keluar listrik dari moncongnya, nah yang lucunya kalo orang yang kena pasti teriak “aaaargh” kasian sih, tapi menurut gua tuh suara teriakannya lucu aja. 

Game ini menjadi semacam jalan utama gua mengenal banyak game berikutnya. Gua menggilai tuh game sampe tujuan utama gua ke tempat si David cuma maen game aja. Tapi lama-lama setelah sering maen di Djitoe, gua rada bosen juga. Anak-anak banget sih nih game tapi keren dan sampe sekarang gua masih hormat sama nih game. 

Selama periode juli – desember 2003 juga gua pernah ikut operasi SAR pertama gua…horeee akhirnya gua ikut operasi SAR juga. Bukannya gua bersenang-senang di atas penderitaan orang, tapi ini pembuktian gua sebagai seorang anggota SAR. Kan ga lucu juga kalo anak SAR tapi ga pernah ikut operasi SAR. Oh iya gua lupa mengenalkan sebuah organisasi yang juga gua ikuti selain Merpati Putih. Sewaktu mahasiswa baru, gua rada panik karena udah terlalu lama gua ga punya aktifitas. Maklumlah sebagai mahasiswa sebaiknya kita ikut menghidupkan eksistensi kita melalui kegiatan kampus. Kenapa gua pilih SAR? Ga ada yang spesial malah alasannya yaitu ketika gua panik ga punya kegiatan tiba-tiba SAR Unpad buka pendaftaran. Dari banyak unik kegiatan mahasiswa yang ada hanya unit SAR Unpad yang pada saat itu buka pendaftaran. Yah kira-kira bulan januari 2003. gua juga ga tau tuh SAR itu organisasi bergerak di bidang apa. Setelah gabung gua baru tau tentang kiprah organisasi ini. Dan gua beruntung bisa terlibat di dalamnya. 

Balik lagi tentang operasi SAR pertama gua. Tuh operasi dilakukan di daerah Cililin karena bencana longsor. Daerah yang terkena gempa adalah perbukitan dengan daerah jangkauan yang sulit bagi kendaraan. Ibaratnya pelosok banget dah, di peta juga ga ada tuh daerah. Gua berangkat sama teman dari Jatinangor. Pas sampe di lokasi bencana, yang paling mencolok bendera parpol PK (partai keadilan) dan mendirikan sebuah Posko. Gua salud aja repintas dengan PK karena mereka tanpa banyak omong langsung membantu. Terus langsung dah gua lihat lokasi. Dalam hati gua ngomong wajar aja kena longsor karena daerah yang seharusnya ditanami pon pencegah banjir atau pon-pohon besar malah di tanami singkong. Padahal kemiringan hampir 40 derajat. Kejadiannya malem ketika hujan melanda desa tersebut. Ada yang membuat gua terenyuh mendengar kisah seorang bapak yang menjadi korban longsor. Si bapak itu beberapa hari lagi mau menikahkan anaknya Namun pada hari naas tersebut si bapak sebenarnya sudah selamat dari terjangan tanah longsor. Namun di tengah perjalanan si bapak balik lagi ke rumahnya buat ambil uangnya karena dia pikir uang itu sangat dibutuhkan buat pernikahan anaknya. Tanpa berpikir panjang dia langsung secepatnya ke rumah. Sebenarnya jika dia tetap bertahan di rumah dia akan selamat, tetapi ketika dia keluar rumah dan berjalan, tanah longsor langsung menghantam dia tanpa ampun sehingga si bapak terkubur oleh tanah.

Nah si bapak ini salah satu korban yang belum ditemukan dari total tiga korban yang tersisa. Dua hari satu malem gua ikut operasi SAR itu. Temen gua, namanya Deni, ada perlu di kampus sehingga dia mau pulang jadi gua juga ikut nimbrung pulang. Sebenarnya rada males pulang tapi biar bareng aja dan kata temen gua yang laen mendingan pulang aja. Gua inget-inget lagi ternyata gua juga ada kuis di mata kuliah sistem informasi jadi ikut pulang juga. Di operasi SAR yang gua lakuin itu akhirnya ditemukan salah satu sorban, orang-orang berpikir itu si bapak ternyata bukan. Setelah gua pulang baru di kasih kabar bahwa si bapak dan satu orang lainnya sudah ditemukan. Sehingga operasi SAR di tutup. Pengalaman yang menakjubkan…gua pikir. Cape dan kulit jadi item ga apa-apa dah yang penting bisa bantu orang. Ga ada yang lebih membahagiayakan dibanding membantu orang. Dan gua sangat senang bisa berpartisipasi dalam kegiatan operasi SAR itu. 

Setelah operasi SAR kehidupan gua kembali normal. Kesibukan yang utama kuliah terus pulang bareng anak-anak dan sebagian anak-anak bandung nongkrong di kosan sampe sore. Pas sore kalo hari senin dan kamis gua latihan merpati putih sampe magrib. Setelah magrib cari makan dan tidur sehabis dengerin musik, yah kira-kira jam 9an dah. Hal itu terus berlanjut tanpa ada gejolak. Terkadang kalo lagi suntuk ya maen game sendirian di Djitoe. Kadang juga gua internetan di warnet deket kosan, biasanya malam atau subuh, maklum gua lakuin malem banget atau subuh supaya murah (Cuma seribu perjam).
October 06, 2011 1 comments

Pada awalnya...

Malam itu kira-kira bulan oktober tahun 2004. gua, Roy dan Robbie lagi maen di kosannya si “tombol” khair di Ciseke. Yah biasalah mahasiswa-mahasiswa kere yang ga punya gadget yang keren dan lengkap biasanya menyambangi temannya buat sekedar nebeng memainkan gadget tersebut atau hanya sekedar melihatnya saja. Seperti sekarang ini gua, roy, robbie maen ke kosan si “tombol” buat sekedar ngobrol aja sambil dengerin musik di komputer. Ada lagu-lagu yang lagi ngetrend nih jadi lumayan buat sekedar dengerin biar ga ketinggalan jaman...dalam hati gua.

Kami berempat ngobrol ngalor-ngidul ngomongin apa aja mulai dari kuliahan, terus harga nasi di warteg terus cerita serem di kosan bahkan yang rada keren dikit ngomongin politik...tapi ujungnya tetep ngomongin orang, hehehe maklumlah sebagai makhluk yang bersosialisasi terkadang bersinggungan dan memperlihatkan ketidaksempurnaan itu adalah hal yang wajar dan biasanya sih kita mengeksplore orang atau temen yang rada aneh itu. Bukan buat menghina tapi sedikit...cengin aja.

Nah pas lagi asik-asiknya ngobrol itu tiba-tiba si robbie nyeletuk “eh kalian sering maen game ga?”
“gua sih kadang maen, AOE” sambar gua langsung tanpa berpikir
Eh si roy ikut-ikutan aja,”gua tau tuh AOE pernah maenin dikit”
“wah kalian tau AOE ternyata ya, gua juga tau sedikit sih, iseng-iseng maen yu” kata robbie dengan antusiasnya.

Percakapan akhirnya pindah ke topik yang lain tapi dalam diri kami bertiga terpatri janji yang tidak bisa digoyahkan yang akan menentukan jalan hidup kami selama bertahun-tahun kedepan...walah ko jadi so' dramatis begini ya, tapi emang begitulah kenyataanya. Hahahaha ga apa-apa ya sedikit drama.
Eh si khair ketinggalan ga disebutin dalam dialog tadi, tapi seinget gua sih si khair lagi nyari-nyari musik yang mau di puternya jadi ga fokus nanggepin omongan yang antusias tersebut. Lagian dia juga ga terlalu suka sama game, dia mah lebih suka ngomongin berapa jumlah anak cewe di kosan sebelah kayanya dah, hehehe. Maaf ya ir buka sedikit kartu.

Percakapan pun selesai gua, roy, dan robbie pamit pulang ke kosan masing-masing. Maklum udah jam 10 malem besok kan kuliah jadi cepet-cepat pulang ah biar ga kesiangan bangunnya. Maklumlah kan kita anak-anak mahasiswa yang baik...

Itu adalah malam kesekian gua ada di Ciseke, Jatinangor. Kalo ga salah itu adalah tahun kedua gua kuliah di Unpad jurusan perpustakaan. Tahun pertama nebeng di seorang teman SMA yang sangat baik selama satu tahun di daerah Kebon Kopi, Elang, Bandung. Setelah satu tahun nebeng, kaya'nya ga enak banget dah ngerepotin orang jadi langsung keluar dan ngekost di bilangan Ciseke.

Kenapa gua milih Ciseke? Sederhana aja keputusan gua, suatu hari gua masuk ke sebuah kos-kosan yang adem dan airnya bagus...ibaratnya jatuh cinta pada pandangan pertama dah. Gua janji bakal secepatnya kost di situ. Nama tuh kosan adalah Bumi Asri, emang gua akuin tempatnya asri banget dan adem dah.

Singkatnya gua langsung tempatin dah tuh kosan, setelah berhari-hari dan tahun ajaran baru dimana mahasiswa baru sudah berdatangan, tapi kok kosan gua kosong melompong. Ada sekitar 20 kamar tapi yang ke isi cuma 3 biji, gila kenapa ya? Apa emang kemahalan? Apa harga 1.8 juta kemahalan? Tapi gua pikir harga segitu mah wajar-wajar aja dah, mengingat itu adalah kosan strategis di jalan utama Ciseke dan kosannya ga kumuh. Gua pada saat itu dan seterusnya ga ambil pusing dengan tuh kondisi kosan. Bukannya bagus rada sepi kan, jadi gua ga terganggu dengan suara berisik. Di kemudian hari baru gua tau kejadian persis nasib tuh kosan gua, tapi ntar aja gua ceritainnya.

Gua bukanlah mahasiswa aktif dan banyak temen di kampus, apalagi pada tahun pertama gua kuliah. Maklum tempat kuliah sama tempat tinggal rada jauh jadi abis kuliah langsung cabut jadi gua sendiri ga akrab sama temen-temen gua yang kost. Pas gua kost pun temen awal-awal gua cuma anak-anak dari Bandung yang sekelas, yang numpang ngaso sebentar dari teriknya matahari. Jadi kehidupan gua rada menyendiri gitu, apalagi di kamar cuma ditemani sebuah radio. Yah maklumlah nasib anak kosan yang biasa-biasa saja. Jadi percakapan yang tadi di singgung di atas terjadi setelah gua cukup mengenal temen-temen yang kost di sekitar kampus. Terkadang mereka mampir ke kosan gua sekedar buat ngobrol. Lama-lama gua pun mengenal mereka. Tapi ada satu anak kosan seangkatan yang dari tahun pertama gua kuliah udah akrab sehidup semati dalam pinjam meminjam uang yaitu Rohan. Bukan kerajaan Rohan di Lord of the Ring tapi bang Rohan dari Kerinci, Jambi.

Permulaan keakraban kita bedua pun lumayan normal, seperti layaknya anak mahasiswa baru, kita saling kenalan. Nih orang logatnya aneh dah, rada melayu gitu, itulah kesan pertama gua. Tapi yang bikin rada lebih kenal adalah ketika dia nawarin kosan temennya di tempat si Rohan kost. Katanya sih tuh kosan mau di over kontrak jadi gua bayarnya rada murah dikit. Gua inget banget, si Rohan nawarin 1.3 dari harga 1.5 juta, kan lumayan tuh buat ditempatin, apalagi baru ditempatin satu bulan. Gua bilang, ntar gua pikir dulu dah. Tapi akhirnya gua ga jadi sih, gua juga ga tau pasti alasan gua nolak tuh kosan. Padahal uang udah di kasih sama ortu. Tapi mulai dari situ pertemanan gua sama satu-satunya anak kosan yang seangkatan yang gua kenal di mulai.

Oh iya gua bukannya orang pemilih atau penyendiri, tapi banyak juga temen akrab seperjalanan ke Bandung. Ada Arga, Purnama, Yogi, Obi, Rei, Sefi, Gilang sampe Arya (sori ya kalo ada yang belum kesebut). Dari banyak temen itu gua lebih akrab ke Purnama dan Arga dan selanjutnya mereka berdua sangat membantu dan berjasa besar dalam membantu gua terutama ketika karir keorganisasian menerjang. Tanpa mereka berdua, terutama Purnama, mungkin gua udah terkapar tak berdaya.

Pada akhirnya gua kenalin Arga dan Purnama ke Rohan. Dan entah mulai kapan, kami berempat pun menjadi akrab. Yah biasanya gua, Arga, dan Purnama maen ke kosan Rohan sehabis kuliah. Tuh anak (si Rohan) bener-bener dah, ga pernah kuliah, kerjaannya kalo siang tidur mulu(yg gw herannya IPKnya tinggi loh). Baru dah kalo malem bergentayangan kaya kalong. Menelanjangi Ciseke dengan seringainya, biasanya tuh anak nongkrong sama anak-anak kampung atau orang asli Ciseke. Gila link nya Rohan keren banget, bisa langsung menyatu dengan anak asli daerah. Jadi, ga ada yang ditakutin Rohan di Ciseke, kalo cuma mahasiswa mau kelompok tua atau ilmu mumpuni dalam olah tubuhnya, lewat semua kalo berurusan sama Rohan dah. Tapi hebatnya si Rohan tuh low profile banget, jadi dia ga suka cari keributan atau macem-macem. Poko'nya peace selalu dah dalam hatinya, hehehehe peace ya bang.

Nah ketiga temen akrab di awal ketika gua masuk kuliah yaitu Arga, Purnama dan Rohan tetep menjadi akrab sekalipun gua udah jadi anak kosan. Kalo Rohan ga usah di tanya, kosan gua sama dia deket banget. Jadi kita sering saling menyambangi entah itu siang, sore, malem bahkan subuh juga pernah.

Wah udah out of topic kayanya dah, tapi gua menjelaskan panjang lebar karena nantinya juga semuanya jadi nyambung. Nah balik lagi dah ke awal pembicaraan yang udah terjadi di awal-awal cerita. Singkatnya gua menjalani kehidupan normal-normal aja tanpa gejolak apa-apa. Buat mengisi waktu luang gua ikut kegiatan Merpati Putih, itu tuh pencak silat asli Indonesia. Biasanya gua latihan senin dan kamis jam empat sore. Nah itu lah kesibukan gua selain kuliah.

Sampai pada suatu hari si Robbie dan Roy menyatroni kosan gua, gila ada apa nih tiba-tiba mereka bedua nyeruduk kosan gua. Eh ternyata menindak lanjuti obrolan tempo hari tentang AOE.
“Cep, yu kita maen AOE, bisa ga?” kata Robbie memulai pembicaraan.
“gua sih siap aj, yuk coba kita maen.” gua nimpalin omongan Robbie
“dimana ya enaknya kita maen?” Roy ikut nimbrung juga dah.
Langsung gua samber tuh omongan,”kita maen di tempat gua sering maen aj, ada di deket pangdam, mau ga?”
“oke kita mau” kata si roy dan robbie serempak.

Malam sehabis magrib kita berjalan menuju tempat maen game computer. Nama tempatnya gua masih inget banget yaitu Jitoe, kepunyaan si bapak. Gua dan temen-temen manggilnya begitu aja. Sebenarnya gua ga tau nama aslinya, cuma bae banget sama pelanggan. Gua sering maen di situ dah sampe larut malem dan ga kerasa udah jadi pelanggan tetapnya. Biasanya si bapak ada asistennya yaitu Roni, anak Jakarta yang ikut si bapak. Denger-denger dari cerita si Roni ini dulunya anak jalanan, terus di angkut sama si bapak buat kerja di tempatnya. Orangnya enak, bukan berarti bisa dimakan ya, tetapi bae dah dan akrab. Lokasinya Jitoe berada di depan pangkalan bis Damri. Biasanya anak mahasiswa nyebutnya pangdam (pangkalan Damri).
Nah kita bertiga udah sampe di Jitoe, kebetulan sepi jadi langsung bisa maen dah.
“Ron, maen ya?” kata gua langsung
“oke, langsung aja, udah nyala kan komputernya?” kata si Roni sang asisten
“udah” kata gua yang langsung log-in.
Biasanya setiap komputer yang ada di rentalan entah itu warnet, game centre atau pengetikan pasti pake net billing buat catet pemakaian. Buat game komputer pada saat itu di Jitoe cuma 1500/jam.
“Bi, Roy yu kita mulai.” kata gua
“ok, loe yang bikin ya.” kata robbie
“oke, udah tuh loe bedua tinggal masuk aja.” kata gua
kita pun maen AOE, tetapi asal maen aja karena ternyata kami bertiga amatir dalam maen game AOE. Bahkan di akhir-akhir permainan kita bertiga kebingungan gimana nyelesain tuh game. Aduh bego banget sih. Kita ga tau option atau pilihan permainan dalam game tersebut. Yang kita tau cuma masuk game bikin jaringan terus start. Makanya jadi bingung ko nih game ga abis-abis sih.
“Cep, ko kita gini-gini terus sih?” kata roy
“yah gua juga ga tau, gimana caranya.” kata gua.
Pas ada satu kali maen itu gua dikerubutin tuh dua anak, ampun dah diecer...perang ga berenti-berenti. Karena ketidaktahuan kami tentang game ini ibarat masuk dalam lorong berputar. Berputar tidak jelas mau kemana dan memulai dari mana. Dikemudian hari ada sang senior mastah dewa AOE dengan senang hati mengenalkan cara bermain yang baik tentang AOE, nama mastah itu adalah...yah ntar aja dah gua keluarin tuh gacoan yang melegenda di benak para gamers Djitoe.

Malam itu kami bermain kurang lebih tiga jam, walaupun kebingungan dan sedikit aneh tetep aja kami semangat dan gembira dengan maen game tersebut. Pokoknya sepanjang jalan pulang kami terus membahasnya. Itulah awal dari petualangan-petualangan menakjubkan sepanjang jalan hidup gua yang mengubah banyak garis hidup orang yang terlibat didalamnya...

PS. Oh iya gua belum cerita tentang game tersebut. Game yang kita maenin adalah Age of Empire II: The Conquerors Expansion. Pada saat itu game ini lagi ramai dan mewabah di seantero game center di manapun berada. Jenis gamenya adalah strategi. Cara memainkannya adalah dengan membangun kerajaan atau bangsa yang kita pilih terus perang.

bersambung...
 
;